PENGERTIAN KORELASI
Persoalan pengukuran, atau pengamatan hubungan antara dua peubah X dan Y, berikut ini akan kita bicarakan sesuai dengan referensi yang kami peroleh dalam beberapa literatur. Tulisan ini tentu saja tidak selengkap seperti halnya tulisan tentang Pengertian Korelasi dalam buku Statistika yang ditulis oleh, Ronald E. Walpole, Sugiono, Murray R. Spiegel, atau beberapa Statistikawan yang memang saya kagumi ke-pakar-annya. Akan tetapi setidaknya bisa dijadikan bacaan tambahan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang persoalan korelasi atau persoalan-persoalan lain yang berkaitan dengan hubungan antar dua peubah.
Kita tidak akan dan bukan meramalkan nilai Y dari pengetahuan mengenai
peubah bebas X seperti dalam regresi linier. Sebagai misal, bila peubah X
menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk dan Y
adalah besarnya hasil Produksi Padi dalam satu kali musim tanam,
barangkali akan muncul pertanyaan dalam hati kita apakah penurunan biaya
yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk juga berpeluang besar untuk
diikuti dengan penurunan hasil Produksi Padi dalam satu musim tanam.
Dalam studi empiris lain, bila X adalah harga suatu barang yang
ditawarkan dan Y adalah jumlah permintaan terhadap barang tersebut yang
dibeli oleh konsumen, maka kita membayangkan jika nilai-nilai X yang
besar tentu akan berpasangan dengan nilai-nilai Y yang kecil.
Dalam hal ini kita tentu saja mempunyai bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linear tersebut. Jadi misalkan suatu korelasi memiliki besaran r = 0,36 bermakna bahwa 0,36 atau 36% di antara keragaman total nilai-nilai Y dalam contoh kita, dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan nilai-nilai X.
Contoh lainnya adalah, misal koefisien korelasi sebesar 0,80 menunjukkan adanya hubungan linear yang sangat baik antara X dan Y. Karena r2 = 0,64, maka kita dapat mengatakan bahwa 64 % di antara keragaman dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X.
Dalam hal ini kita tentu saja mempunyai bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linear tersebut. Jadi misalkan suatu korelasi memiliki besaran r = 0,36 bermakna bahwa 0,36 atau 36% di antara keragaman total nilai-nilai Y dalam contoh kita, dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan nilai-nilai X.
Contoh lainnya adalah, misal koefisien korelasi sebesar 0,80 menunjukkan adanya hubungan linear yang sangat baik antara X dan Y. Karena r2 = 0,64, maka kita dapat mengatakan bahwa 64 % di antara keragaman dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X.
Besaran koefisien korelasi contoh r merupakan sebuah nilai yang
dihitung dari n pengamatan sampel. Sampel acak berukuran n yang lain
tetapi diambil dari populasi yang sama biasanya akan menghasilkan nilai r
yang berbeda pula. Dengan demikian kita dapat memandang r sebagai suatu
nilai dugaan bagi koefisien korelasi linear yang sesungguhnya berlaku
bagi seluruh anggota populasi. Misalkan kita lambangkan koefisien
korelasi populasi ini dengan ρ. Bila r dekat dengan nol, kita cenderung
menyimpulkan bahwa ρ = 0. Akan tetapi, suatu nilai contoh r yang
mendekati + 1 atau – 1 menyarankan kepada kita untuk menyimpulkan bahwa ρ
≠ 0.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana memperoleh suatu peng-uji-an yang akan mengatakan kepada kita kapan r akan berada cukup jauh dari suatu nilai tertentu ρo, agar kita mempunyai cukup alasan untuk menolak hipotesis nol (Ho) bahwa ρ = ρo, dan menerima alternatifnya. Hipotesis alternatif bagi H1 biasanya salah satu di antara ρ < ρo, ρ > ρo, atau ρ ≠ ρo.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana memperoleh suatu peng-uji-an yang akan mengatakan kepada kita kapan r akan berada cukup jauh dari suatu nilai tertentu ρo, agar kita mempunyai cukup alasan untuk menolak hipotesis nol (Ho) bahwa ρ = ρo, dan menerima alternatifnya. Hipotesis alternatif bagi H1 biasanya salah satu di antara ρ < ρo, ρ > ρo, atau ρ ≠ ρo.
- J Supranto, Statistika, Teori Dan Aplikasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987.
- Riduan, Dasar-dasar Statistika, Penerbit ALFABETA, Bandung, 2005.
- Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika, Edisi ke-3, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
- Suharto, Kumpulan Bahan Kuliah, Pengantar Statistika, UM Metro, Lampung, 2007.
- Murray R. Spiegel, Seri Buku Schaum, Teori dan Soal, Statistika, Edisi Kedua. Alih Bahasa oleh Drs. I Nyoman Susila, M.Sc. dan Ellen Gunawan, M.M., Penerbit Erlangga, 1988.
1. ANALISIS KORELASI SEDERHANA
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation)
digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan
untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi
sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua
variabel. Dalam SPSS ada tiga metode korelasi sederhana (bivariate correlation) diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation. Pearson Correlation digunakan untuk data berskala interval atau rasio, sedangkan Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation lebih cocok untuk data berskala ordinal.
Pada bab ini akan dibahas analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut Product Moment Pearson. Nilai
korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1
atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya
nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah.
Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai
negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Contoh kasus:
Seorang
mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan menggunakan alat
ukur skala. VITA ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan
dengan prestasi belajar pada siswa SMU NEGRI xxx dengan ini VITA membuat
2 variabel yaitu kecerdasan dan prestasi belajar. Tiap-tiap variabel
dibuat beberapa butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert, yaitu
angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 =
Sangat Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah
skor total item-item yaitu sebagai berikut:
Tabel. Tabulasi Data (Data Fiktif)
Subjek
|
Kecerdasan
|
Prestasi Belajar
|
1
|
33
|
58
|
2
|
32
|
52
|
3
|
21
|
48
|
4
|
34
|
49
|
5
|
34
|
52
|
6
|
35
|
57
|
7
|
32
|
55
|
8
|
21
|
50
|
9
|
21
|
48
|
10
|
35
|
54
|
11
|
36
|
56
|
12
|
21
|
47
|
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø Masuk program SPSS
Ø Klik variable view pada SPSS data editor
Ø Pada kolom Name ketik x, kolom Name pada baris kedua ketik y.
Ø Pada kolom Decimals ganti menjadi 0 untuk variabel x dan y
Ø Pada kolom Label, untuk kolom pada baris pertama ketik Kecerdasan, untuk kolom pada baris kedua ketik Prestasi Belajar.
Ø Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel x dan y.
Ø Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
Ø Klik Analyze - Correlate - Bivariate
Ø Klik
variabel Kecerdasan dan masukkan ke kotak Variables, kemudian klik
variabel Prestasi Belajar dan masukkan ke kotak yang sama (Variables).
Ø Klik OK, maka hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:
Dari
hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara
kecerdasan dengan prestasi belajar (r) adalah 0,766. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kecerdasan dengan prestasi
belajar. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif,
berarti semakin tinggi kecerdasan maka semakin meningkatkan prestasi
belajar.
- Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)
Uji
signifikansi koefisien korelasi digunakan untuk menguji apakah hubungan
yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi).
Misalnya dari kasus di atas populasinya adalah siswa SMU NEGRI XXX dan
sampel yang diambil dari kasus di atas adalah 12 siswa SMU NEGRI XXX,
jadi apakah hubungan yang terjadi atau kesimpulan yang diambil dapat
berlaku untuk populasi yaitu seluruh siswa SMU Negeri XXX.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
Ha : Ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a =
5%. (uji dilakukan 2 sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan yang signifikan, jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui
hubungan lebih kecil atau lebih besar).
Tingkat
signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya
5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering
digunakan dalam penelitian)
3. Kriteria Pengujian
Ho diterima jika Signifikansi > 0,05
Ho ditolak jika Signifikansi < 0,05
4. Membandingkan signifikansi
Nilai signifikansi 0,004 < 0,05, maka Ho ditolak.
5. Kesimpulan
Oleh
karena nilai Signifikansi (0,004 < 0,05) maka Ho ditolak, artinya
bahwa ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi
belajar. Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti
kecerdasan berhubungan positif dan signifikan terhadap pretasi belajar.
Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan berhubungan
positif terhadap prestasi belajar pada siswa SMU Negeri XXX
2. ANALISIS KORELASI PARSIAL
Analisis korelasi parsial (Partial Correlation)
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dimana variabel
lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap
(sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai
-1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua
variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan
antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan
searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan
terbalik (X naik maka Y turun). Data yang digunakan biasanya berskala
interval atau rasio.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
Contoh kasus:
Kita
mengambil contoh pada kasus korelasi sederhana di atas dengan
menambahkan satu variabel kontrol. Seorang mahasiswa bernama Andi
melakukan penelitian dengan menggunakan alat ukur skala. Andi ingin
meneliti tentang hubungan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika
terdapat faktor tingkat stress pada siswa yang diduga mempengaruhi akan
dikendalikan. Dengan ini Andi membuat 2 variabel yaitu kecerdasan dan
prestasi belajar dan 1 variabel kontrol yaitu tingkat stress. Tiap-tiap
variabel dibuat beberapa butir pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert, yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 =
Setuju dan 4 = Sangat Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12
responden didapatlah skor total item-item yaitu sebagai berikut:
Tabel. Tabulasi Data (Data Fiktif)
Subjek
|
Kecerdasan
|
Prestasi Belajar
|
Tingkat Stress
|
1
|
33
|
58
|
25
|
2
|
32
|
52
|
28
|
3
|
21
|
48
|
32
|
4
|
34
|
49
|
27
|
5
|
34
|
52
|
27
|
6
|
35
|
57
|
25
|
7
|
32
|
55
|
30
|
8
|
21
|
50
|
31
|
9
|
21
|
48
|
34
|
10
|
35
|
54
|
28
|
11
|
36
|
56
|
24
|
12
|
21
|
47
|
29
|
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø Masuk program SPSS
Ø Klik variable view pada SPSS data editor
Ø Pada kolom Name ketik x1, kolom Name pada baris kedua ketik x2, kemudian kolom Name pada baris ketiga ketik y.
Ø Pada kolom Decimals ganti menjadi 0 untuk semua variabel
Ø Pada
kolom Label, untuk kolom pada baris pertama ketik Kecerdasan, untuk
kolom pada baris kedua Tingkat Stress, dan kolom pada baris ketiga ketik
Prestasi Belajar.
Ø Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel x1, x2 dan y.
Ø Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
Ø Klik Analyze - Correlate - Partial
Ø Klik
variabel Kecerdasan dan masukkan ke kotak Variables, kemudian klik
variabel Prestasi Belajar dan masukkan ke kotak yang sama (Variables).
Klik variabel Tingkat Stres dan masukkan ke kotak Controlling for
Ø Klik OK, maka hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel. Hasil Analisis Korelasi Parsial
- P A R T I A L C O R R E L A T I O N C O E F F I C I E N T S -
Controlling for.. X2
X1 Y
X1 1.0000 .4356
( 0) ( 9)
P= . P= .181
Y .4356 1.0000
( 9) ( 0)
P= .181 P= .
(Coefficient / (D.F.) / 2-tailed Significance)
" . " is printed if a coefficient cannot be computed
Dari hasil analisis korelasi parsial (ry.x1x2)
didapat korelasi antara kecerdasan dengan prestasi belajar dimana
tingkat stress dikendalikan (dibuat tetap) adalah 0,4356. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat
antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika tingkat stress tetap.
Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya
semakin tinggi kecerdasan maka semakin meningkatkan prestasi belajar.
- Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial (Uji t)
Uji
signifikansi koefisien korelasi parsial digunakan untuk menguji apakah
hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi).
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika tingkat stress tetap
Ha : Ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika tingkat stress tetap
2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a =
5%. (uji dilakukan 2 sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan yang signifikan, jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui
hubungan lebih kecil atau lebih besar)
Tingkat
signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya
5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering
digunakan dalam penelitian)
3. Kriteria Pengujian
Berdasar probabilitas:
Ho diterima jika P value > 0,05
Ho ditolak jika P value < 0,05
4. Membandingkan probabilitas
Nilai P value (0,181 > 0,05) maka Ho diterima.
8. Kesimpulan
Oleh karena nilai P value (0,181
> 0,05) maka Ho diterima, artinya bahwa tidak ada hubungan secara
signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika tingkat stress
dibuat tetap. Hal ini dapat berarti terdapat hubungan yang tidak
signifikan, artinya hubungan tersebut tidak dapat berlaku untuk populasi
yaitu seluruh siswa SMU Negeri XXX, tetapi hanya berlaku untuk sampel.
Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan tidak
berhubungan terhadap prestasi belajar pada siswa SMU Negeri XXX.
3. KORELASI RANK SPEARMAN
Korelasi
Rank Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji
signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk Ordinal.
Contoh:
Ada
10 orang responden yang diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tentang
Motivasi dan Prestasi dalam sebuah kantor. Jumlah responden yang
diminta mengisi daftar pertanyaan itu 10 karyawan, masing-masing diberi
nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Nilai yang diberikan oleh kesepuluh
responden tentang Motivasi dan Prestasi itu diberikan pada contoh
berikut. Yang akan diketahui adalah apakah ada hubungan antara Motivasi
dengan Prestasi.
Berdasarkan hal tersebut maka:
- Judul penelitian adalah : Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi.
- Variabel penelitiannya adalah : nilai jawaban dari 10 responden tentang Motivasi (Xi) dan Prestasi (Yi)
- Rumusan masalah: apakah ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi?
- Hipotesis:
- Ho: tidak ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi.
- Ha: ada hubungan antara variabel Motivasi dan Prestasi
5. Kriteria Pengujian Hipotesis
- Ho ditolak bila harga ρ hitung > dari ρ tabel
- Ho diterima bila harga ρ hitung ≤ dari ρ tabel
- Penyajian data
Jawaban responden yang telah terkumpul ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Nilai Motivasi dan Prestasi
Nomor responden
|
Jumlah Skor
|
Jumlah skor
|
1
|
9
|
8
|
2
|
6
|
7
|
3
|
5
|
6
|
4
|
7
|
8
|
5
|
4
|
5
|
6
|
3
|
4
|
7
|
2
|
2
|
8
|
8
|
9
|
9
|
7
|
8
|
10
|
6
|
6
|
6. Perhitungan untuk pengujian Hipotesis
Data
tersebut diperoleh dari sumber yang berbeda yaitu Motivasi (Xi) dan
Prestasi (Yi). Karena sumber datanya berbeda dan berbentuk ordinal, maka
untuk menganalisisnya digunakan Korelasi Rank yang rumusnya adalah:
ρ = 1 – ( 6Σbi 2 : N ( N2 – 1 )
ρ = koefisien korelasi Spearman Rank
di = beda antara dua pengamatan berpasangan
N = total pengamatan
Korelasi
Spearman rank bekerja dengan data ordinal. Karena jawaban responden
merupakan data ordinal, maka data tersebut diubah terlebih dahulu dari
data ordinal dalam bentuk ranking yang caranya dapat dilihat dalam Tabel 2.
Bila
terdapat nilai yang sama, maka cara membuat peringkatnya adalah:
Misalnya pada Xi nilai 9 adalah peringkat ke 1, nilai 8 pada peringkat
ke 2, selanjutnya disini ada nilai 7 jumlahnya dua. Mestinya peringatnya
kalau diurutkan adalah peringkat 3 dan 4. tetapi karena nilainya sama,
maka peringkatnya dibagi dua yaitu: (3 + 4) : 2 = 3,5. akhirnya dua
nilai 7 pada Xi masing-masing diberi peringkat 3,5. Selanjutnya pada Yi
disana ada nilai 8 jumlahnya tiga. Mestinya peringkatnya adalah 2, 3 dan
4. Tetapi karena nilainya sama maka peringkatnya dibagi tiga yaitu: (2 +
3 + 4) : 3 = 3. Jadi nilai 8 yang jumlahnya tiga masing-masing diberi
peringkat 3 pada kolom Yi. Selanjutnya nilai 7 diberi peringkat setelah
peringkat 4 yaitu peringkat 5. Lanjutkan saja…..
Tabel 2. Tabel penolong untuk menghitung koefisien korelasi Spearman Rank.
Nomor Responden
|
Nilai Motivasi Resp. I (Xi)
|
Nilai Prestasi dari Resp. II (Yi)
|
Peringkat (Xi)
|
Peringkat (Yi)
|
bi
|
bi2
|
1
|
9
|
8
|
1
|
3
|
-2
|
4
|
2
|
6
|
7
|
5,5
|
5
|
0,5
|
0,25
|
3
|
5
|
6
|
7
|
6,5
|
0,5
|
0,25
|
4
|
7
|
8
|
3,5
|
3
|
0,5
|
0,25
|
5
|
4
|
5
|
8
|
8
|
0
|
0
|
6
|
3
|
4
|
9
|
9
|
0
|
0
|
7
|
2
|
2
|
10
|
10
|
0
|
0
|
8
|
8
|
9
|
2
|
1
|
1
|
1
|
9
|
7
|
8
|
3,5
|
3
|
0,5
|
0,25
|
10
|
6
|
6
|
5,5
|
6,5
|
-1
|
1
|
0
|
7
|
Selanjutnya harga bi2 yang telah diperoleh dari hitungan dalam tabel kolom terakhir dimasukkan dalam rumus korelasi Spearman Rank :
ρ = 1 – 6.7 : ( 10 x 102 -1 ) = 1 – 0,04 = 0,96
Sebagai interpretasi, angka ini perlu dibandingkan dengan tabel nilai-nilai ρ(dibaca: rho) dalamTabel 3. Dari tabel itu terlihat bahwa untuk n = 10, dengan derajat kesalahan 5 % diperoleh harga 0,648 dan untuk 1 % = 0,794. Hasil ρ hitung ternyata lebih besar dari ρ tabel
Derajat kesalahan 5 %….. 0,96 > 0,648
Derajat kesalahan 1 %….. 0,96 > 0,794
Hal ini berarti menolak Ho dan menerima Ha.
Kesimpulan :
Terdapat hubungan yang nyata/signifikan antara Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi). Dalam hal ini hipotesis nolnya (Ho) adalah: tidak ada hubungan antara variabel Motivasi (Xi) dengan Prestasi (Yi). Sedangkan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah:terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Motivasi (Xi)
dengan Prestasi (Yi). Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Atau dengan kata lain bahwa variabel
Motivasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan Prestasi.
Tabel 3: Tabel Nilai-nilai ρ (RHO), Korelasi Spearman Rank
N
|
Derajat signifikansi
|
N
|
Derajat signifikansi
| ||
5%
|
1%
|
5%
|
1%
| ||
5
|
1,000
|
16
|
0,506
|
0,665
| |
6
|
0,886
|
1,000
|
18
|
0,475
|
0,625
|
7
|
0,786
|
0,929
|
20
|
0,450
|
0,591
|
8
|
0,738
|
0,881
|
22
|
0,428
|
0,562
|
9
|
0,683
|
0,833
|
24
|
0,409
|
0,537
|
10
|
0,648
|
0,794
|
26
|
0,392
|
0,515
|
12
|
0,591
|
0,777
|
28
|
0,377
|
0,496
|
14
|
0,544
|
0,715
|
30
|
0,364
|
0,478
|
Sumber:
- Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003
- Sugiono, Prof. Dr. Statistik Nonparametrik Untuk Penelitian, Penerbit CV ALFABETA Bandung, 2004
- Suharto, Bahan Kuliah Statistik, Universitas Muhammadiyah Metro, 2004
Tote Titanium Iron Clay (Tote) - iTanium-Arts.com
BalasHapusTote Titanium Iron Clay titanium phone case (Tote) - Tote titanium alloy titanium helix earrings · Tote Titanium Metal Metal - micro touch titanium trimmer Tote titanium alloy · Tote Titanium Aluminum price of titanium - Tote aluminum aluminum oxide. stilletto titanium hammer
h385j4itevr981 dog dildo,bondage,cheap sex toys,finger vibrator,realistic vibrators,dildo,silicone sex doll,finger vibrator,horse dildo a185s5nsfra099
BalasHapus